Nyctophile PART 2
The Truth
Aku duduk sambil memeluk kedua kakiku.
Lalu aku mengenggelamkan kepalaku di lipatan tanganku. Entah sudah berapa jam
aku di sini. Tapi menurutku di sini sangat nyaman, tak ada orang yang akan
menganggumu, dan hanya ada angin sejuk yang menemanimu di bawah langit yang
indah.
Tapi mungkin pikiran itu harus dikubur
sejenak saat sepasang sepatu laki-laki warna biru berhenti di depanku. “.......Kamu, gak papa?”, tanyanya.
Aku mengangkat wajahku hanya untuk melihat Mark yang sedang menatapku miris.
Aku memalingkan wajahku kecewa.
Bukannya dia semalam juga ada di sekolah? Kenapa ia tak mau bilang sesuatu saat
aku di tuduh sebagai pencuri tadi?
“Hah..... Nokturnal, hmm?”, remehku.
Ia sungguh tak seperti yang kupikirkan. Awalnya hanya dugaan saja, tapi kenapa
bisa jadi kenyataan. Mark, ia adalah makhluk yang menguasai sekolah di malam
hari. Menurutku itu terlalu sulit kuterima.
“Maaf..”
“Kamu yang nyuri uang kas?!”, tuduhku.
“Bukan..”, katanya sambil menunduk. Ia
membuatku tambah marah.
“Jujurlah!!”, teriakku yang mulai
menangis lagi.
“Sudah ku bilang, bukan.”
“Mark!!... Hiks...”, aku memukul dada
bidangnya pelan, lalu menunduk sambil menangis. Ingin aku berteriak di depan mukanya, bahwa ini semua salahnya. Aku tak suka perasaan di mana,
aku sadar kalau aku sedang sendirian. Kini aku tak punya teman, bahkan Lulu
juga takut menemuiku. Dan yang lebih parah, aku dituduh melakukan kejahatan
yang bahkan tak kuketahui kejadiannya.
“Kau tak akan percaya dengan apa yang
akan ku tunjukkan.” Mark mengelus pelan puncak kepalaku. Ia beralih duduk di
sampingku, dan mengeluarkan ponselnya. Aku yang penasaran pun melihat ke arah
ponselnya. Ia memutar sebuah video. Mungkinkah itu video semalam?
Kami melihat video itu bersama. Dan
benar, aku tak percaya akan hal itu. “M-maksudmu...D-dia?!”, tanyaku tak
percaya.Bagaimana bisa ia melakukannya padaku?
“Aku kirim ke kamu. Besok, kasih tau
ke yang lainnya! Ayo pulang!”, katanya. Ternyata aku menangis di sini seharian.
Wah, benar-benar tak kusangka.
$$$
Pagi ini, Mark menungguku di gerbang
sekolah. Katanya ia tak mau ada yang membullyku. Aku juga tak mengerti, tapi
yang jelas saat ini aku bimbang. Apa aku sanggup ngasih video ini ke orang
lain?
Sampai di kelas ternyata satu kelas
sudah menunggu kami, atau lebih tepatnya aku.
“Bawa uangnya?!”, tanya Aurel.
“Diem dulu bisa, gak?!” Bukan, bukan
aku yang bertanya, itu Mark.
“Apa-apaan, Mark?”, tanya Mina. Aku
tau ia belakangan ini tergila-gila akan Mark. Aku sangat tak mengerti,
bagaimana ia bisa sampai melupakan temannya sendiri. “Apanya yang apa?”, balas Mark dengan
balik bertanya.
“Woy guru BK dateng!!”, teriak Lukas.
Ternyata mereka benar-benar tak percaya. Sampai-sampai memanggil guru BK
padahal ini masih jam setengah tujuh.
Kami semua duduk rapi. Tapi Eric
menunggu Pak Kim di depan kelas. Mereka berdiri bersampingan, lalu Pak Kim
bertanya, “Saya dengar, uang kas kelas 3-1 hilang, apa itu benar?!”, aku
melihat ke arah Mina yang sedang mengawasi sekitar. Aku seharusnya sadar ada
yang ia tutup-tutupi dari kemarin.
Tapi, beda dengannya, aku tak mau ia
kena hukuman. Ya, ternyata, Mina adalah pencurinya. Yang ada di dalam video itu
benar Mina. Tak kusangka ia sampai menuduhku, padahal aku tak tau apa-apa.
“Jane?!”, panggil Pak Kim. Aku dengan
sigap menatapnya.
“Benar, kamu ada di sekolah malam
itu?”, tanyanya dengan nada mengintrogasi.
“Iya, pak.”
“Kamu datang sendirian?”, tanyanya
lagi sambil berjalan menuju mejaku. Aku menelan ludah lalu mengangguk. “Kamu
yang ngambil uang kas, jujur?!”, nadanya kian meninggi.
“Bukan, pak". “Gak usah bohong!!”. “Mana ada pencuri
yang mau ngaku?!”, teriak mereka yang tak terima.
“Diam!!!”, marah Pak Kim. “Jujur,
Jane!”
Di sinilah aku bimbang. Kalau aku
bilang tidak, Mina akan dalam masalah. Kalau aku bilang iya, aku yang ada di
dalam masalah. “Iya, pak. Bukan saya.”
“Kasih satu bukti kuat kalau itu bukan
kamu!”, Mina nampak tersenyum jahat saat Pak Kim mengatakan itu.
Aku memegang ponselku di bawah laci.
Mark melihat aku ragu, ia terlihat menggeleng, lalu berdiri. Kami semua
menatapnya dengan tanda tanya. Aku melihat tangannya membawa ponsel miliknya.
“Ini pak, bukti yang saya dapat!”, ia
menyerahkan ponselnya pada Pak Kim.
Pak Kim memutar video tersebut, dan
mendengus kasar. “Mina! Kamu ikut saya, Jane, kamu juga. Mark, bapak pinjam
ponselmu dulu!”, ujar Pak Kim. Aku mengangguk dan melirik ke arah Mark.
Ia mengangguk sambil berkata, “Semua
akan baik-baik saja..” Dan itu membuatku tenang.
“Mark ada apa?!”, tanya Eric dan yang
lain tak mengerti. Mark mengambil ponselku di laci, dan membiarkan yang lain
menonton videonya.
$$$
Di dalam ruang BK kami diinterogasi
lebih lanjut. Awalnya, Mina tak mau mengakui bahwa itu adalah dirinya. Tapi
karena warna rambutnya yang agak ke-orenan dan tak ada siswi selainnya yang
memiliki rambut berwarna seperti itu. Kami semua bisa tau kalau itu adalah dia.
Akhinya ia pun menyerah dan mengakui kesalahannya. Ia di jatuhi hukuman skors
selama 2 minggu, dan harus membayar ganti uang kas.
Kami pun diperbolehkan keluar. Aku
lalu berjalan ke arah kelas, tapi Mina tiba-tiba menarikku ke taman sekolah.
“Kamu yang ngerekam itu, huh?!”,
tuduhnya. Kenapa ia tak ada habisnya
menuduhku, sih? Ini membuatku mulai tak suka padanya. Ia terlalu eogis.
“Bisa gak sih, jangan egois?”
“Halah!! Buruan ngaku!”, teriaknya.
“Bukan!”
“Bohong!”
“Kalau gak percaya, gak usah nanya
tadi!”, aku pun berjalan ke arah pintu. Tapi ia menarikku dan mendorongku. Lalu
aku terjatuh di samping pot tanaman.
“Aaaaghh!!”, aku memegang engkel kaki
kiriku. Kemarin sudah jatuh, sekarang jatuh lagi.
“Kalau bukan kamu, siapa?!!!”, tanya
Mina. Ia berteriak dan menggerutu seperti orang yang sudah kehilangan akal sehat.
“Buruan ngaku!!”, ia membawa sapu dan hendak memukulku.
Aku berusaha melindungi diriku dengan
tanganku. Tapi aku tak merasa sapu itu mengenai tubuhku. Saat aku membuka
mataku, ternyata ada Mark yang menahan sapu itu.
“Aku. Aku yang ngerekam!”. Apa yang ia lakukan? Kalau ia
mengakuinya, ia bisa ketahuan kalau selama ini sudah menyusup ke sekolah. Dan
ia bisa dihukum karena itu. “Mark!”, aku berusaha mencegahnya tapi
ia tak mau mendengarku.
“Laporin, itu terserah kamu. Yang
penting sekarang kamu tau kan? Kalau yang ngerekam itu bukan sahabatmu?”, kata
Mark.
“Mark?!”, panggil Pak Kim yang
ternyata sedari tadi menonton aksi kami. Guru ini memang sudah seperti hantu,
suka muncul di mana-mana. Aku menghela napas lemah, Mark sekarang benar-benar
ketahuan. “Kamu ikut saya sekarang!!”.
$$$
Sudah sebulan sejak hari-hari sulit
itu berlalu. Beberapa hal sudah berubah, Mina memutuskan untuk pindah sekolah
karena reputasinya yang sudah hancur, dan Mark sudah berhenti bekerja sebagai
Nokturnal. Ia kini diskors selama dua bulan.
Aku dan Lulu, beserta Lukas, juga
Eric, hendak mengunjungi Mark. Tak bisa dipungkiri, bahwa ia tetap jadi
pahlawan kami, karena pernah membongkar beberapa kasus lewat pekerjaannya itu.
“Mark?!”, panggilku di depan rumahnya.
Sosok laki-laki dengan tubuh idealnya dan rambut merah marun, tampak keluar
dengan senyum dihiasi lesung pipitnya. Ia membuka pagarnya, dan mempersilahkan
kami masuk.
Kami menghabiskan waktu bersama di
halaman rumah belakangnya. Kami juga berencana untuk kemah kecil-kecilan di
halaman ini. Mengingat rumah Mark yang begitu besar.
Kini Lukas dan Eric sedang mendirikan
tenda. Lulu juga sedang menyiapkan BBQ. Sedangkan aku dan Mark hanya tiduran di
atas sebuah karpet lebar.
Kami tidur terlentang sambil memandang
langit indah yang bertaburkan bintang.
“Mark?”, panggilku.
“Hmm?”
“Kenapa kamu jadi disebut Nokturnal?”,
tanyaku bingung.
“Jadi, aku sebenarnya suka dengan
keadaan di malam hari. Aku suka hawa malam yang dingin tapi nyaman. Aku jadi
mulai suka main ke sekolah juga di malam hari. Dan gak sengaja waktu itu ngelihat
kepala sekolah korupsi. Aku pikir, kenapa gak aku beritahu yang lain?”,
jelasnya.
“Dan sejak hari itu, aku jadi lebih
sering datang ke sekolah tanpa ketahuan siapa pun. Tapi waktu itu, aku sudah
kehilangan akal. Aku malah memanfaatkan hobiku jadi hal yang gak baik, yaitu
mencuri kunci jawaban. Jadi besoknya aku kembali untuk mengembalikan kunci
jawaban itu.”
“Tapi aku malah ngelihat lampu kelas nyala,
jadi aku penasaran dan memeriksanya. Lalu aku buru-buru merekamnya dengan
rencana memberitahu yang lain. Tapi ternyata mereka lebih dulu mencurigaimu.
Jadi aku memberitahumu soal itu.”
“Sepertinya hanya itu. Mungkin aku
disebut Nokturnal karena aku aktif melakukannya di malam hari, saat yang lain
tertidur. Sebenarnya mungkin aku lebih cocok disebut sebagai Nyctophile
daripada Nokturnal. Karena Nokturnal itu seperti sebutan untuk hewan saja!”,
katanya sambil tertawa.
“Baiklah, aku akan memanggilmu
Nyctophile!”, ucapku.
“YAAAAAA....!!!!! Jane!!! Mark!!!”, teriak
Lulu. “Aku tau kalian pacaran, tapi jangan sekarang pacarannya..!!!!”, tegurnya. Kami
berdua tertawa sambil berjalan menghampirinya.
Seperti inilah cerita saat dimana aku
sedang melewati hari-hari yang berat. Percayalah, kita tidak akan pernah
sendirian. Karena masih ada orang-orang baik yang mau membantu kalian melewati
masa sulit.
Thanks for reading
Sorry for typo again
Komentar
Posting Komentar